Mengenal Istilah Toxic Parenting dan Toxic Parent

Mengenal Istilah Toxic Parenting dan Toxic Parent-min

Apa Itu Toxic Parenting dan Toxic Parent ?

Dalam Talk berjudul “For Parents, Happiness is a Very High Bar” di acara TED2014, Jennifer Senior menyoroti fenomena yang disebut over parenting. Fenomena ini ditandai dengan semakin banyaknya buku parenting yang dijual tetapi di saat yang bersamaan semakin banyak orang tua yang kebingungan mengasuh anak-anaknya. “Sesuatu tentang parenting saat ini, pada momen ini, adalah masalah,” kata Jennifer Senior di salah satu bagian Talk-nya.

Apakah Mom & Dad pernah mendengar istilah over parenting?

Over parenting merujuk pada kondisi orang tua yang secara berlebihan mengandalkan teori parenting. Kondisi ini menyebabkan orang tua terlalu bergantung pada teori parenting tanpa mempertimbangkan konteks dalam kehidupan nyata. Akhirnya apa yang orang tua harapkan dari teori parenting tidak sesua dengan kenyataan yang dihadapi.

Lain over parenting, lain lagi toxic parenting. Istilah apalagi ya ini? untuk lebih jelasnya, Mom & Dad bisa menyimak ulasan berikut ini.

Pengertian Toxic Parenting

Pernahkah Mom & Dad melihat kejadian seorang anak jatuh dan menangis kesakitan, tapi bukannya menolong, orang tuanya malah memarahi anak tersebut dengan kata-kata yang tidak enak didengar. Ini adalah salah satu ciri dari toxic parenting, yaitu pola asuh yang sering menyalahkan anak.

Sebenarnya, apa sih toxic parenting itu?

Dikutip dari prenagen.com, istilah toxic parenting merujuk pada pola asuh yang melukai sisi psikis anak, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Pada kondisi tidak sadar, orang tua masih dimaklumi karena bisa jadi akibat ketidaktahuan. Yang jadi masalah adalah jika pola pengasuhan ini dilakukan secara sadar. Itu artinya, orang tua sudah masuk dalam kategori toxic parents.

Jika toxic parenting digunakan pada pola asuhnya, maka toxic parent adalah istilah yang digunakan pelakunya. Yaitu orang tua yang melakukan pola asuh yang melukai sisi psikis anak. Ada beberapa ciri toxic parent yang perlu Mom & Dad ketahui sehingga bisa terhindar dari sifat-sifat tersebut dan bisa menjalankan pola pengasuhan yang lebih sehat.

  1. Mementingkan diri sendiri (egois)

Contoh dari perilaku mementingkan diri sendiri adalah ketika anak lapar orang tua lebih memilih untuk melakukan apa yang disukainya dibandingkan menyiapkan makan untuk anak.

  1. Memiliki sedikit empati

Saat anak terjatuh dan menangis kesakitan bukannya ditolong marah dimarahi.

  1. Mengontrol seluruh perilaku anak

Setiap kali anak ingin mengeksplor dunianya orang tua melarang dengan berbagai alasan.

  1. Menyalahkan atau mengkritik berlebihan

Ketika anak menangis karena keinginannya tidak dipenuhi orang tua mengatakan dengan nada penuh amarah “dasar anak cengeng”

  1. Menuntut berlebihan

Saat anak belum siap untuk bersosialisasi orang tua memaksanya untuk bergabung bersama teman dengan ancaman tidak akan mendapatkan teman

  1. Mengungkit apa yang sudah dilakukan untuk anak

Ketika anak sudah semakin tumbuh besar anak dipaksa melakukan apa yang diinginkan orang tua dengan alasan orang tua sudah melakukan banyak hal untuknya.

Penyebab Toxic Parenting dan Cara Mengatasinya

Penyebabnya bermacam-macam, namun yang paling sering ditemui adalah tiga penyebab utama ini.

Orang tua dengan kesehatan mental yang buruk cenderung melakukan toxic parenting. Kesehatan mental memang isu yang masih jarang dibahas banyak kalangan padahal memiliki dampak yang luar biasa besar pada kehidupan sehari-hari. Budaya di negeri kita ikut berpengaruh pada acara pandang terhadap isu kesehatan mental.

Alih-alih ditangani dengan baik dan benar, orang tua yang mengalami penurunan kesehatan mental justru mendapatkan label sebagai orang yang tidak sabar, tidak legowo, kurang ibadah, dan sebagainya. Labeling yang diberikan kepada orang tua ini memperparah kondisi kesehatan mentalnya. Sehingga berdampak semakin buruk pada pola pengasuhan yang diterapkan orang tua.

Penyebab yang kedua adalah kecanduan. Orang tua yang memiliki kecanduan terhadap hal-hal negatif cenderung menerapkan toxic parenting. Kecanduannya pun beragam. Bisa kecanduan obat-obatan terlarang, minuman keras, judi, gaya hidup, dan kecanduan terhadap hal-hal negatif lainnya. Sudah pasti anak menjadi korban dari perilaku seperti ini.

Yang terakhir adalah pengalaman traumatis masa kecil yang belum tersembuhkan. Orang tua yang pada masa kecilnya mengalami pola asuh yang penuh kekerasan cenderung akan menerapkan pola asuh yang sama pada anaknya.

Bagi Mom & Dad yang merasa memiliki ciri-ciri dan penyebab toxic parenting, kamu punya tiga tips untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi.

Yang pertama adalah meminta bantuan ahli. Dalam hal ini adalah psikolog. Kondisi kesehatan mental dan kecanduan pada gaya hidup tertentu tidak bisa diselesaikan sendirian. Perlu ada bantuan dari beberapa pihak. Tidak usah gengsi. Demi kebaikan dan masa depan anak-anak, Mom & Dad harus melewatinya.

Cara kedua adalah menyembuhkan pengalaman traumatis yang pernah dialami. Menyembuhkan luka adalah hal yang sulit. Apalagi jika luka dialami di masa kecil sangat membekas. Oleh karena itu perlu usaha yang luar biasa untuk bisa sembuh dari pengalaman traumatis tersebut. Perjuangan Mom & Dad menyembuhkan pengalaman traumatis tidak hanya akan dirasakan dampaknya oleh diri sendiri tapi juga oleh anak-anak.

Terakhir, memperbesar empati. Untuk mengilustrasikan apa itu empati, penjelasan Simon Sinek bisa membantu: ketika seorang pegawai berkali-kali gagal mencapai target yang ditetapkan, si bos menghampirinya dan bertanya, “apakah kamu baik-baik saja?”

Orang tua yang memiliki rasa empati yang besar akan selalu memandang semua perilaku negatif yang ditunjukan anak sebagai ekspresi kesulitan anak dalam mengelola diri sendiri. Oleh karena itu, yang dilakukan orang tua adalah berusaha membantu anak melewati kesulitan, bukan malah menyalahkannya.

ditulis Hilman Firdaus
Foto Freepik