Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Belum lama ini viral di media sosial tentang seorang laki-laki yang melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak perempuan di bawah umur. Kejadian tersebut bermula saat anak yang sedang melakukan shalat isya di sebuah masjid itu didatangi oleh seorang laki-laki. Terekam jelas oleh CCTV masjid, laki-laki tersebut tampak melakukan pelecehan seksual beberapa kali.
Kejadian tersebut seolah membuktikan bahwa pelecehan maupun kekerasan seksual bukan selalu salah perempuan. Selama ini muncul pandangan di masyarakat bahwa pelecehan seksual terjadi karena perempuan berpenampilan seksi, menggoda, dan lain-lain. Nyatanya, pelecehan seksual bisa terjadi pada anak di bawah umur yang sedang shalat di masjid.
Oleh karena itu Mom & Dad yang memiliki anak, baik perempuan maupun laki-laki, harus memberikan pendidikan seksual kepada anak sedini mungkin. Tujuan utamanya adalah menghindarkan anak perempuan dari kekerasan seksual terhadap anak. Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, bisa menjadi korban kekerasan seksual anak. Meskipun sampai saat ini harus diakui bahwa anak perempuanlah yang lebih banyak menjadi korban.
Mengenal Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Sebenarnya, apa sih kekerasan seksual? Kekerasan Seksual atau sexual abuse, adalah ucapan atau perlakuan yang dilakukan seseorang untuk memanipulasi orang lain dalam aktivitas seksual yang tidak dikehendaki.
Di Indonesia, Komnas Perempuan membagi kekerasan menjadi 15 kategori. Pemerkosaan, intimidasi seksual, pelecehan seksual, eksploitasi seksual, dan perdagangan perempuan dengan tujuan seksual adalah beberapa kategori yang termasukd alam kekerasan seksual. Mom & Dad harus mengenal semua kategori ini agar paham jika putra-putri kita mengalami hal tersebut Mom & Dad bisa melaporkannya.
Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Kekerasan seksual pada anak perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. Termasuk Mom & Dad. Karena dapat memberikan dampak negatif jangka panjang yang bisa mengganggu tumbuh kembang anak. Beberapa dampak kekerasan seksual pada anak adalah:
- Rasa percaya
Anak yang mengalami kekerasan seksual cenderung kehilangan rasa percaya pada orang lain. Hal ini bisa berdampak pada hubungan sosial anak.
- Harga diri
Anak akan cenderung merasa bersalah berlebihan dan menganggap dirinya tidak berharga setelah mengalami kekerasan seksual.
- Stress
Anak korban kekerasan seksual mengalami tingkat stress yang tinggi karena banyak mengalami emosi negatif.
- Rasa marah
Menjadi korban kekerasna seksual membuat anak merasa tidak berdaya sehingga anak cenderung menjadi pemarah.
- Impulsivitas
Impulsif berarti anak cenderung melakukan sesuatu secara spontan tanpa dipikir. Impulsivitas ini bisa mengakibatkan resiko negatif dari tindakannya.
- Melukai diri sendiri
Beberapa anak korban kekerasan seksual melarikan diri dari perasaan stress dengan cara melukai diri sendiri. Ini tentu berbahaya. Jika tidak ditangani dengan baik akan menjurus ke arah bunuh diri.
Peran Keluarga dalam Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi anak dari kekerasan seksual. Mom & Dad dapat melakukan beberapa langkah berikut ini untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak.
- Pendidikan seksual sesuai usia anak
Banyak orang tua yang masih merasa tabu dalam membicarakan seks kepada anak. Padahal pendidikan seks yang baik dibutuhkan anak untuk melindungi dirinya. Tentu saja pendidikan seks ini disesuaikan dengan usia anak.
Untuk anak usia dini anak mulai diajarkan mengenali bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Anak diajari untuk mengenali anatomi tubuh berdasarkan jenis kelamin.
- Komunikasi yang baik
Membangun komunikasi yang baik dengan anak sangat penting untuk membangun hubungan yang baik. Ketika komunikasi orang tua dan anak berjalan baik, anak lebih leluasa dalam bercerita kepada orang tua. Sebaliknya, komunikasi yang baik dapat mempermudah orang tua dalam memberikan pendidikan seks yang baik kepada anak.
- Kasih sayang
Anak yang mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya tidak akan mencari perhatian dari tempat lain.
- Otoritas diri
Seiring dengan bertambahnya usia, anak perlu diajarkan tentang otoritas diri. Otoritas diri membuat anak menjadi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh orang lain lakukan pada dirinya. Anak memiliki hak penuh terhadap diri dan tubuhnya.
- Berkata tidak
Anak yang sudah tahu otoritas dirinya akan berani berkata tidak. Oleh karena itu orang tua perlu mengajarkan anak bagaimana menolak permintaan atau tawaran dari orang lain yang tidak dikenal. Atau permintaan dari orang yang dikenal padahal tidak diperbolehkan. Keberanian anak mengatakan tidak bisa membuat pelaku kejahatan seksual berpikir ulang saat hendak melakukan kekerasan seksual.
Demikian beberapa hal yang bisa dilakukan Mom & Dad dalam rangka melindungi anak dari kekerasan seksual terhadap anak
ditulis Hilman Firdaus