Cara Mengatasi Tantrum Pada Anak

mengenal tantrum pada anak-min

Mengenal Tantrum Pada Anak dan Cara Meresponnya

Apa itu Tantrum Tantrum Pada Anak ?

Saat berjalan-jalan di mall atau di pusat perbelanjaan lainnya bersama si kecil, Mom & Dad tentu pernah mengalami kejadian seperti ini. Si kecil tiba-tiba merajuk meminta mainan yang menarik perhatiannya. Mom & Dad mencoba menjelaskan bahwa si kecil punya mainan sejenis yang sudah pernah dibeli.

Tidak terima dengan penolakan Mom & Dad, si kecil pun mulai protes. Mulai dari merengek, menangis, meraung, bahkan berguling di lantai. Dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau Mom & Dad pun membelikan mainan yang diminta oleh si kecil. Si kecil pun menang.

Apa yang sebenarnya terjadi pada si kecil?

Di dunia parenting, fenomena tersebut disebut dengan temper tantrum. Atau biasa disebut dengan tantrum saja. Dari segi bahasa, menurut kamus online Cambridge, tantrum adalah “rasa marah yang tidak terkontrol pada anak yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung secara singkat”.

Tantrum terjadi pada anak balita usia antara 2-5 tahun. Beberapa peneliti bahkan menyebutkan rata-rata kejadian tantrum tertinggi berada di usia 3 tahun. Rata-rata anak usia tersebut menangis setidaknya satu kali sehari. Sementara itu rata-rata lamanya waktu tantrum adalah 3 menit, dengan waktu tantrum terlama rata-rata adalah 5 menit.

Tantrum pada anak disebabkan oleh banyak hal. Kadang-kadang si kecil mengalami tantrum karena merasa lapar, lelah, atau bosan. Bisa juga karena si kecil menginginkan benda tertentu atau melakukan kegiatan tertentu tapi mereka tidak bisa melakukannya.

Karena si kecil belum memiliki bahasa yang memadai untuk mengekspresikan perasaannya, tantrum menjadi satu-satunya cara menyampaikan perasaan. Oleh karena itu seiring dengan perkembangan bahasanya, si kecil memiliki lebih banyak cara untuk mengekspresikan perasaannya. Sehingga intensitas tantrum semakin berkurang.

 

Bagaimana Mom & Dad Seharusnya Memandang Tantrum Pada Anak ?

Mendapati si kecil mengalami tantrum tentu sangat menggangu, apalagi jika terjadi di tempat umum. Tapi tahukah Mom & Dad bahwa tantrum pada anak merupakan sesuatu yang normal terjadi pada balita?

Tantrum merupakan yang normal terjadi pada balita. Oleh karena itu Mom & Dad harus memandangnya sebagai sesuatu yang biasa. Ya, sebelum menangani tantrum, Mom & Dad perlu menyamakan persepsi tentang tantrum.

Berikut ini beberapa pandangan tentang tantrum pada anak:

  1. Tantrum sebagai ekspresi emosi

Sesuai dengan definisinya, tantrum adalah rasa marah yang tidak terkendali. Artinya, tantrum merupakan ungkapan emosi si kecil yang tidak tersalurkan dengan baik karena pengetahuan dan pemahamannya belum memadai. Juga karena penguasan bahasa si kecil masih sangat terbatas.

Karena tantrum merupakan ekspresi emosi si kecil, maka Mom & Dad harus menyikapinya dengan tenang. Mengekspresikan emosi adalah salah satu cara agar kesehatan emosional si kecil tetap terjaga. Jangan melarang si kecil menangis atau menghakimi si kecil karena periode tantrum yang tidak seberapa lama. Itu akan merusak harga dirinya.

  1. Tantrum sebagai salah satu tahap perkembangan anak

Rentang usia tantrum si kecil terjadi pada usia 2-5 tahun. Dengan sendirinya tantrum akan hilang saat usia si kecil bertambah. Artinya, tantrum adalah salah satu bagian dari tahap perkembangan si kecil. Mom & Dad tidak perlu cemas secara berlebihan menghadapi periode tantrum si kecil.

  1. Tantrum berlangsung spontan dan tidak lama

Salah satu fakta menarik yang seringkali diabaikan oleh orang tua adalah lamanya waktu tantrum. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rata-rata tantrum berlangsung 3 menit, paling lama 5 menit. Sehingga Mom & Dad hanya perlu memberikan kesempatan kepada si kecil untuk menyelesaikan tantrumnya. Setelah itu, Mom & Dad bisa menjelaskan dan mendiskusikan apa yang baru saja terjadi dengan si kecil.

 

Bagaimana Merespon Tantrum pada anak ?

Karena tantrum terjadi secara spontan dan tidak terlalu lama, maka Mom & Dad perlu merespon secara tepat. Berikut beberapa cara untuk merespon tantrum si kecil:

  • Abaikan tantrum

Saat si kecil sedang merengek karena menginginkan sesuatu, usahakan Mom & Dad tidak memberikan reaksi apa-apa. Cukup berada di dekat si kecil untuk memastikan dia tidak melakukan sesuatu yang berbahaya.

  • Abaikan keinginan si kecil

Salah satu kunci sukses mengurangi tantrum adalah mengabaikan keinginan si kecil. Dengan mengabaikan keinginan si kecil, maka si kecil akan mulai paham bahwa tangisan atau rengekannya tidak berpengaruh pada terwujudnya keinginan.

  • Alihkan perhatian si kecil dari penyebab tantrum

Cara lain yang bisa Mom & Dad lakukan untuk merespon tantrum adalah dengan mengalihkan si kecil dari penyebab tantrum. Meskipun cara ini tidak selalu berhasil, tapi perlu untuk dicoba.

  • Berikan perhatian setelah tantrum selesai

Agar si kecil merasa dihargai perasaannya, Mom & Dad harus memberikan perhatian setelah tantrum selesai.

Untuk mencegah terulangnya tantrum, Mom & Dad bisa melakukan beberapa langkah berikut:

  • Memperkaya kosa kata emosi si kecil

Kosa kata emosi memiliki pengaruh yang lumayan signifikan untuk membantu si kecil mengekspresikan perasaannya. Dengan semakin banyak kosa kata emosi, si kecil mempunyai cara yang lebih variatif dalam menyampaikan apa yang sedang dirasakan.

  • Melatih si kecil mengelola emosi

Mengelola emosi memang sesuatu yang sulit, bahkan untuk orang dewasa. Melatih si kecil mengelola emosi sejak usia dini akan membuatnya mampu mengekspresikan emosi secara lebih sehat.

  • Memastikan kebutuhan dasar si kecil terpenuhi

Lapar, mengantuk, kelelahan, bisa menjadi pemicu si kecil menjadi tantrum. Oleh karena itu Mom & Dad harus selalu memastikan kebutuhan dasar si kecil terpenuhi.

ditulis Hilman Firdaus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.